DAFTAR
ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia
adalah makhluk yang dilahirkan paling sempurna. Manusia memiliki kemampuan
kognitif untuk memproses informasi yang diperoleh dari lingkungan di
sekelilingnya melalui indera yang dimilikinya, membuat persepsi terhadap
apa-apa yang dilihat atau dirabanya, serta berfikir untuk memutuskan aksi apa
yang hendak dilakukan untuk mengatasi keadaan yang dihadapinya. Hal-hal yang
dapat mempengaruhi kemampuan kognitif pada manusia meliputi tingkat
intelejensi,kondisi fisik, serta kecepatan sistem pemrosesan informasi pada
manusia. Bila kecepatan sistem pemrosesan informasi terganggu, maka akan
berpengaruh pada reaksi manusia dalam mengatasi berbagai kondisi yang dihadapi.
Keterbatasan kognitif terjadi
apabila terdapat masalah atau gangguan pada kemampuan kognitif. Masalah yang
dialami bisa terjadi sejak lahir, atau terjadi perubahan pada tubuh manusia
seperti terluka, terserang penyakit, mengalami kecelakaan yang dapat
menyebabkan kerusakan salah satu indera, fisik atau juga mental. Akibat dari
adanya keterbatasan kognitif ini, manusia menjadi tidak mampu untuk memproses
informasi dengan sempurna. Dengan ketidaksempurnaan ini maka manusia yang
memiliki keterbatasan kognitif mengalami masalah dalam meraba, mempelajari atau
berfikir untuk bereaksi terhadap keadaan yang dihadapinya.
Persepsi dalam arti sempit
melibatkan pengalaman kita tapi secara psikis pengertian itu tidaklah tepat.
Tetapi lebih tepatnya persepsi merupakan proses yang menggabungkan dan
mengorganisir data-data indera kita ( penginderaan) untuk dikembangkan
sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk
sadar dengan diri kita sendiri. Dan didalam mempersepsi keadaan sekitar maka
kita harus melibatkan indra kita maka akan lahir sebuah argumen yang berasal
dari informasi yang dikumpulkan dan diterima oleh alat reseptor sensorik kita
sehingga kita dapat menggabungkan atau mengelompokkan data yang telah kita
terima sebelumnya melalui pengalaman awal kita.
B.
Masalah
- Pengertian dan macam-macam persepsi
- Ciri-Ciri umam persepsi
- Faktor yang mempengaruhi persepsi
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Persepsi
Istilah
persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan tentang pengalaman terhadap
suatu benda ataupun sesuatu kejadian yang dialami.
Proses
pemaknaan yang bersifat psikologis sangat dipengaruhi oleh pengalaman,
pendidikan dan lingkungan sosial secara umum. Sarwono mengemukakan bahwa
persepsi juga dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman dan cara berpikir serta
keadaan perasaan atau minat tiap-tiap orang sehingga persepsi seringkali
dipandang bersifat subjektif. Karena itu tidak mengherankan jika seringkali
terjadi perbedaan paham yang disebabkan oleh perbedaan persepsi antara 2 orang
terhadap 1 objek. Persepsi tidak sekedar pengenalan atau pemahaman tetapi juga
evaluasi bahkan persepsi juga bersifat inferensional (menarik kesimpulan)
(Sarwono).
Persepsi,
menurut Rakhmat Jalaludin, adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafslrkan
pesan. Sedangkan Menurut Ruch, persepsi adalah suatu proses tentang petunjuk
inderawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang relevan
diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur dan
bermakna pada suatu situasi tertentu. Senada dengan hal tersebut Atkinson dan
Hilgard mengemukakan bahwa persepsi adalah proses dimana kita menafsirkan
dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Gibson dan Donely
menjelaskan bahwa persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan
oleh seorang individu. Dikarenakan persepsi bertautan dengan cara mendapatkan
pengetahuan khusus tentang kejadian pada saat tertentu, maka persepsi terjadi
kapan saja stimulus menggerakkan indera.
Dalam
hal ini persepsi diartikan sebagai proses mengetahui atau mengenali obyek dan
kejadian obyektif dengan bantuan indera. Sebagai cara pandang, persepsi timbul
karena adanya respon terhadap stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat
kompleks, stimulus masuk ke dalam otak, kernudian diartikan, ditafsirkan serta
diberi makna melalui proses yang rumit baru kemudian dihasilkan persepsi
Dalam
hal ini, persepsi mencakup penerimaan stimulus (inputs), pengorganisasian
stimulus dan penerjemahan atau penafsiran stimulus yang telah diorganisasi dengan
cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap, sehingga orang dapat
cenderung menafsirkan perilaku orang lain sesuai dengan keadaannya sendiri.
Sehingga dapat
disimpulkan :
Persepsi
adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi terhadap
stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa,
atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak.Proses
kognisi dimulai dari persepsi.
TUJUAN PERSEPSI
Marr (1982): Tujuan
persepsi ialah memberikan gambaran internal mengenai informasi dunia luar.
Bentuk – bentuk Persepsi
1. Persepsi visual
Persepsi visual
didapatkan dari indera penglihatan.Persepsi ini adalah persepsi yang
paling awal berkembang pada bayi, dan mempengaruhi bayi dan balita
untuk memahami dunianya.
2. Persepsi auditori
Persepsi auditori
didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga.
3. Persepsi perabaan
Persepsi pengerabaan
didapatkan dari indera taktil yaitu kulit.
4. Persepsi penciuman
Persepsi penciuman atau
olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu hidung.
5. Persepsi pengecapan
Persepsi pengecapan
atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah.
Macam-macam Persepsi
Persepsi manusia sebenarnya terbagi dua, yaitu persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) dan persepai terhadap manusia. Persepsi terhadap manusia sering juga disebut persepsi sosial.
a) Persepsi terhadap
lingkungan fisik
Persepsi orang terhadap lingkungan
fisik tidaklah sama, dalam arti berbeda-beda., karena dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain:
• Latar belakang
pengalaman
• Latar belakang budaya
• Latar belakang
psikologis
• Latar belakang nilai,
keyakinan, dan harapan
• Kondisi factual
alat-alat panca indera di mana informasi yang sampai kepada orang itu adalah
lewat pintu itu
b) Persepsi terhadap manusia
persepsi terhadap manusia atau
persepai sosial adalah proses menangkap arti objek-objek sosial dan
kejadian-kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita. Setiap orang memilki
gambaran yang berbeda mengenai realitas di sekelilingnya. Dengan kata lain,
setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda terhadap lingkungan sosialnya.
Ciri-ciri umum dunia persepsi
Penginderaan
terjadi dalam suatu konteks tertentu, konsep ini biasa disebut dunia persepsi.
Agar dapat dihasilkan suatu penginderan yang bermakna, ada ciri – ciri umum
tertentu dalam dunia persepsi :
- Modalitas : rangsangan yang diterima harus sesuai dengan modalitas tiap –tiap indera, yaitu sifat sensori dasar masing-masing.
- Dimensi ruang : dunia persepsi mempunyai sifat ruang ( dimensi ruang).
- Dimensi waktu : dunia persepsi mempunyai dimensi waktu, seperti cepat lambat, tua muda, dan lain-lain.
- Struktur konteks, keseluruhan yang menyatu : objek-objek atau gejala-gejala dalam dunia pengamatan mempunyai struktur yang menyatu dengan konteksnya. Struktur dan konteks ini merupakan keseluruhan yang menyatu.
- Dunia penuh arti; dunia persepsi adalah dunia penuh arti. kita cenderung pengamatan pada gejala-gejala yang mempunyai makna bagi kita, yang ada hubungannya dengan tujuan yang ada dalam diri kita.
Dimensi Penginderaan
Bentangan sifat-sifat
penerimaan rangsangan yang dapat kita paparkan seperti kuat-lemah,
lama-sebentar, kasar-halus, dan sebagainya disebut dimensi penginderaan.
Ada empat dimensi penginderaan:
- Intensitas:
kuat-lemahnya penginderaan suatu rangsang tertentu.
- Ekstensitas:
penghayatan terhadap tebal-tipis, luas-sempit, besar-kecil, dll.
- Lamanya: penginderaan
dapat berlangsung lama atau sebentar.
- Kualitas: kemampuan
kita membedakan kualitas rangsang misalnya nada atau warna.
Ambang Penginderaan
Intensitas suatu rangsang tertentu
agar dapat disadari disebut ambang penginderaan. Ambang penginderaan terdiri
dari:
- Ambang perangsang
absolut: intensitas rangsang terkecil yang masih dapat menimbulkan
penginderaan;
- Ambang perbedaan:
perbedaan intensitas rangsang terkecil yang dapat dibedakan oleh alat indera;
- Tinggi
rangsang: pertambahan intensitas rangsang akan diikuti oleh pertambahan
intensitas penginderaan sampai mencapai maksimum yakni di mana intensitas
rangsang tidak dapat dibedakan lagi;
- Penyesuaian sensoris:
bisa terjadi karena berkurangnya kepekaan indera (negatif), bertambahnya
kepekaan indera (positif), dan karena pergeseran titik sentral.
Alat-alat Indera
Alat-alat indera
meliputi higher senses (mata dan telinga) dan lower senses (lidah, hidung dan
permukaan kulit). Alat-alat itu dapat kita sebutkan berikut ini:
a. Penglihatan: yakni mata, peka terhadap cahaya
sehingga kita dapat membedakan terang dan gelap, hitam dan putih, warna.
b. Pendengaran:
yakni telinga, peka terhadap getaran yang menghasilkan bunyi.
c. Penciuman:
hidung yang peka terhadap bau
d. Pengecapan: lidah yang peka terhadap rasa (manis,
asin, asam, pahit = empat macam rasa yang dapat diterima). Rasa lain merupakan
gabungan dari rasa-rasa itu.
e. Peraba: tidak terbatas pada permukaan kulit saja,
tetapi juga menyangkut alat-alat yang peka terhadap orientasi dan keseimbangan.
Berat, gerak (sistem vestibular) dan kualitas permukaan di sekitar kita, letak
anggota badan dan tegangan otot (sistem raba).
Pengamatan Dunia Nyata
Untuk kita ketahui,
persepsi bersifat subjektif karena bukan sekadar penginderaan. Persepsi selalu
terjadi dalam konteks tertentu.
Ada beberapa prinsip umum yang mengatur
pengamatan kita terhadap dunia nyata:
- Konstatansi: bersifat
psikologis karena arti dari suatu objek atau gejala bagi kita bersifat tetap.
Ada tiga macam
konstatansi, yakni:
· konstatansi tempat
atau lokasi
· konstatansi warna
· konstatansi bentuk
dan ukuran
- Figur dan Latar
Belakang: keberadaan suatu objek pengamatan menggejala sebagai suatu figur yang
menonjol di antara objek-objek lain (latar belakang), baik karena sifatnya
memang menonjol di antara objek-objek lain maupun karena si pengamat sengaja
memusatkan perhatiannya pada objek tertentu.
Ada beberapa cara persepsi berdasarkan totalitas Gestalt:
1. Hukum
kedekatan (proximity): objek-objek persepsi yang berdekatan cenderung diamati
sebagai suatu kesatuan.
2. Hukum
kesamaan (similarity): Objek cenderung diamati sebagai totalitas karena
mempunyai sebagian besar ciri-ciri yang sama.
3.
Hukum bentuk-bentuk tertutup (closure): bentuk-bentuk
yang sudah kita kenal, walau hanya nampak sebagian atau tidak sempurna, kita
lihat sebagai sempurna.
4.
Hukum kesinambungan (continuity): pola-pola yang sama
dan berkesinambungan, walau ditutup oleh pola-pola lain, tetap diamati sebagai
kesatuan.
Hukum gerak bersama
(common fate): unsur-unsur yang bergerak dengan cara dan arah yang sama dilihat
sebagai suatu kesatuan.
- Persepsi Kedalaman
(depth perception): kemampuan indera penglihatan untuk mengindera ruang.
Ada beberapa patokan yang digunakan manusia
dalam persepsi kedalaman yaitu:
1.
Perspektif atmosferik: semakin jauh objek, semakin
kabur.
2.
Perspektif linier: semakin jauh, garis-garis akan makin
menyatu menjadi satu titik (konvergensi).
3.
Kualitas permukaan (texture gradient), berkurangnya
ketajaman kualitas texture karena jarak makin jauh.
4.
Posisi relatif: objek yang jauh akan ditutupi atau
kualitasnya menurun karena bayangan objek-objek yang lebih dekat.
5.
Sinar dan bayangan: bagian permukaan yang lebih jauh
dari sumber cahaya akan lebih gelap dibanding yang lebih dekat.
6.
Patokan yang sudah dikenal: benda-benda yang sudah kita
kenal ukurannya akan lebih kecil di kejauhan.
7.
Persepsi Gerak: pengamatan terhadap sesuatu yang
berpindah posisinya dari patokan. Kalau patokan tidak jelas, maka kita akan
memperoleh informasi gerakan semu.
Ada dua macam gerakan
semu:
· Efek otokinetik, bila
kita memandang setitik cahaya dalam keadaan gelap gulita, cahaya itu akan nampak
bergerak.
· Gerakan stroboskopik:
terjadi karena ada dua rangsang yang berbeda yang muncul hampir bersamaan.
- Ilusi: kesalahan
dalam persepsi, yaitu memperoleh kesan yang salah mengenai fakta-fakta objektif
yang disajikan oleh alat-alat indera kita.
· Ilusi disebabkan oleh
faktor-faktor eksternal: (gambar atau bayangan di cermin kelihatannya terletak
di belakang cermin)
· Ilusi disebabkan
kebiasaan: rangsang-rangsang yang disajikan sesuai dengan kebiasaan kita dalam
mengenali rangsang akan dengan mudah menimbulkan ilusi.
· Ilusi karena kesiapan
mental atau harap tertentu: kita akan sering melihat sesuatu yang mirip dengan
barang yang hilang yang sangat kita harapkan untuk kembali.
· Ilusi karena kondisi
rangsang terlalu kompleks: bila rangsang yang diamati terlalu kompleks, maka
rangsang tersebut dapat menutup-nutupi atau menyamarkan fakta-fakta objektif.
Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Persepsi
Karena
persepsi lebih bersifat psikologis daripada merupakan proses penginderaan saja,
maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi. Perhatian yang selektif: pemusatan
perhatian pada rangsang-rangsang tertentu saja. Ciri-ciri rangsang: rangsang
yang bergerak di antara rangsang-rangsang yang diam akan lebih menarik
perhatian. Nilai-nilai dan kebutuhan individu: seorang seniman mempunyai
pengamatan yang berbeda dengan yang bukan seorang seniman dalam mengamati objek
tertentu. Pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang
mempersepsi dunianya.
Ahli psikologi sosial yang
menganut aliran kognitif berpendapat bahwa di dunia ini terdapat 2 macam
realitas, yaitu realitas obyektif dan realitas subyektif. Setiap obyek adalah
sama, tetapi bila diamati oleh orang yang berbeda maka akan terjadi
interpretasi yang berbeda terhadap obyek tersebut. (Ancok, dkk., 1988).
Menurut Tagiuri (dalam Harvey dan Smith, 1977)
ada 3 faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu
(1) keadaan stimulus yang
diamati;
(2) situasi sosial tempat
pengamatan itu terjadi dan
(3) karakteristikm pengamatan.
Lebih jauh Walgito (1991) menjelaskan
bahwa :
(a) mengenai stimulus, agar dapat dipersepsi,
stimulus harus cukup kuat, melampui ambang batas, berwujud manusia atau tidak
(bila tidak berwujud manusia, ketepatan persepsi ada pada individu.
(b) keadaan individu dari
segi fisiologis dan psikologis, di mana dari segi fisiologis sistem syaraf
harus dalam keadaan baik, sedangkan secara psikologis, pengalaman, kerangka acuan,
perasaan, kemampuan berpikir dan motivasi akan berpengaruh dalam persepsi
seseorang, dan terakhir.
(c) lingkungan atau
situasi, di mana bila objeknya manusia, maka objek dengan lingkungan yang
melatar belakanginya merupakan kesatuan yang sulit dipisahkan. Demikian ini
maka, dapat disimpulkan bahwa persepsi itu sangat subyektif karena disamping
dipengaruhi oleh stimulus dan situasi pengamatan juga dipengaruhi oleh
pengalaman, harapan, motif, kepribadian, dan keadaan fisik individu
Persepsi Bukan Cermin Realitas
Persepsi merupakan
salah satu cara kerja (Proses) yang rumit dan aktif. Orang sering kali
menganggap bahwa persepsi menyajikan suatu pencerminan yang sempurna mengenai
realitas atau kenyataan. Anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar, sebab
persepsi bukan merupakan cermin realitas. Hal tersebut dikarenakan atau
dipengaruhi oleh faktor – faktor berikut :
- Indra kita tidak memberikan respon terhadap aspek yang ada dalam lingkungan.
- Manusia sering kali melakukan persepsi rangsangan – rangsangan yang pada kenyataannya tidak ada.
- Persepsi seseorang tergantung dari apa yang ia harapkan dan tergantung dari pengalaman masa lalu serta adanya motivasi.
Hakikat Persepsi
Persepsi
ternyata banyak melibatkan kegiatan kognitif, orang telah menentukan apa yang
telah akan diperhatikan. Setiap kali kita memusatkan perhatian lebih besar
kemungkinan tak akan memperoleh makna darri apa yang kita tangkap, lalu
menghubungkannya dengan pengaaman yang lalu, dan dikemudian hari akan diingat
kembali.
Kesadaran
juga mempengaruhi persepsi, bila kita dalam keadaan bahagia, maka pemandangan
yang kita lihat akan sangat indah sekali. Tetapi sebaliknya, jika kita dalam
keadaan murung, pemandangan yang indah yang kita lihat mungkin akan membuat
kita merasa bosan, ingatan akan berperan juga dalam persepsi. Indra kita akan
secara teratur akan menyimpan data yang kita terima, dalam rangka memberi arti.
Orang cenderung terus- menerus untuk membanding-bandingkan penglihatan, suara
dan penginderaan yang lainnya dengan ingatan pengalaman lalu yang mirip. Proses
informasi juga mempunyai peran dala persepsi. Bahasa jelas dapat memengaruhi
kognisi kita, memberika bentuk secara tidak langsung seorang mempersepsi
dunianya.
Pembedaan dengan sensasi
Istilah persepsi sering dikacaukan dengan sensasi.
Sensasi hanya berupa kesan sesaat, saat stimulus baru diterima otak dan belum
diorganisasikan dengan stimulus lainnya dan ingatan-ingatan
yang berhubungan dengan stimulus tersebut.<persepsi/> Misalnya meja yang
terasa kasar, yang berarti sebuah sensasi dari rabaan terhadap meja.
Sebaliknya persepsi memiliki contoh meja yang tidak enak dipakai
menulis, saat otak mendapat stimulus rabaan meja yang kasar, penglihatan atas
meja yang banyak coretan, dan kenangan di masa lalu saat memakai meja yang
mirip lalu tulisan menjadi jelek.
Syarat Terjadinya Persepsi
Persepsi terdiri atas : perhatian dan
stimulus. Syarat Terjadinya Persepsi yaitu :
1. Adanya objek yang di persepsi (fisik/kealaman)
2. Alat indera atau reseptor (fisiologis)
3. Perhatian (psikologis)
1. Adanya objek yang di persepsi (fisik/kealaman)
2. Alat indera atau reseptor (fisiologis)
3. Perhatian (psikologis)
Perhatian
Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada suatu atau sekumpulan objek. Perhatian merupakan penyeleksian terhadap stimulus. Perhatian dan kesadaran mempunyai korelasi positif. Makin di perhatikan suatu objek akan makin disadari objek itu dan makin jelas bagi individu.
Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada suatu atau sekumpulan objek. Perhatian merupakan penyeleksian terhadap stimulus. Perhatian dan kesadaran mempunyai korelasi positif. Makin di perhatikan suatu objek akan makin disadari objek itu dan makin jelas bagi individu.
Daerah perhatian
1. Daerah pusat perhatian (disadari sepenuhnya)
2. Daerah peralihan (samar-samar)
3. Daerah tidak diperhatikan (tidak disadari)
Perhatian menurut timbulnya
1. Daerah pusat perhatian (disadari sepenuhnya)
2. Daerah peralihan (samar-samar)
3. Daerah tidak diperhatikan (tidak disadari)
Perhatian menurut timbulnya
1.
Perhatian spontan yaitu perhatian yang timbul dengan
sendirinya. Berhubungan dengan minat individu. Mis : minat music, secara
spontan perhatiannya tertuju pada music walaupun lagi mengerjakan sesuatu.
2.
Perhatian tidak spontan yaitu perhatian yang
ditimbulkan dengan sengaja karena itu harus ada kemauan untuk menimbulkannya.
Mis : mahasiswa mau tidak mau harus memperhatikan mata kuliah tertentu,
walaupun ia tidak menyukainya.
Perhatian menurut banyaknya objek
Perhatian menurut banyaknya objek
1.
Perhatian sempit yaitu individu pada suatu waktu hanya
dapat memperhatikan sedikit objek
2.
Perhatian luas yaitu individu pada suatu waktu dapat
memperhatikan banyak objek pada suatu waktu sekaligus. Mis : kepasar malam, ada
orang yang dapat menangkap banyak objek sekaligus, tetapi sebaliknya ada orang
tidak dapat berbuat demikian.
Perhatian menurut focus objek
1. Perhatian terpusat yaitu individu pada suatu waktu hanya dapat memusatkan perhatiannya pada satu objek. Sejalan dengan perhatian sempit.
2. Perhatian terbagi-bagi yaitu individu pada suatu waktu dapat memperhatikan banyak hal/objek. Sejalan dengan perhatian luas.
Perhatian menurut fluktuasinya
1. Perhatian statis yaitu individu dalam waktu tertentu dapat dengan statis atau tetap perhatiannya tertuju pada objek tertentu.
Perhatian semacam ini sukar memindahkan perhatiannya dari satu objek ke objek lainnya.
2. Perhatian dinamis yaitu individu dapat memindahkan perhatiannya secara lincah dari suatu objek ke objek lainnya.
Tes perhatian
Ø Tes bourdon berwujud sekumpulan titik-titik yang tertentu jumlahnya.
Ø Tes kraepelirr berwujud sederetan angka-angka, dan tesete ditugaskan untuk menjumlahkan angka-angka yang berdekatan.
Kedua tes ini untuk mengetahui :
1. Pengaruh gangguan terhadap perhatian.
2. Macam perhatian apa yang ada pada individu
3. Ritme dan tempo individu bekerja
4. Ketelitian individu bekerja.
Informasi Lain yang Berkaitan:
* Aplikasi teknologi fisioterapi dan efek fisiologis teknologi fisioterapi pada hemiparese dextra oleh karena stroke non haemorhagik
* Good Postur and Poor Postur
* Komunikasi Teraupetik Pada Usia Akhir
* Perkembangan Otak dan Susunan Saraf Pusat
* Konsep Penyebab Penyakit.
Perhatian menurut focus objek
1. Perhatian terpusat yaitu individu pada suatu waktu hanya dapat memusatkan perhatiannya pada satu objek. Sejalan dengan perhatian sempit.
2. Perhatian terbagi-bagi yaitu individu pada suatu waktu dapat memperhatikan banyak hal/objek. Sejalan dengan perhatian luas.
Perhatian menurut fluktuasinya
1. Perhatian statis yaitu individu dalam waktu tertentu dapat dengan statis atau tetap perhatiannya tertuju pada objek tertentu.
Perhatian semacam ini sukar memindahkan perhatiannya dari satu objek ke objek lainnya.
2. Perhatian dinamis yaitu individu dapat memindahkan perhatiannya secara lincah dari suatu objek ke objek lainnya.
Tes perhatian
Ø Tes bourdon berwujud sekumpulan titik-titik yang tertentu jumlahnya.
Ø Tes kraepelirr berwujud sederetan angka-angka, dan tesete ditugaskan untuk menjumlahkan angka-angka yang berdekatan.
Kedua tes ini untuk mengetahui :
1. Pengaruh gangguan terhadap perhatian.
2. Macam perhatian apa yang ada pada individu
3. Ritme dan tempo individu bekerja
4. Ketelitian individu bekerja.
Informasi Lain yang Berkaitan:
* Aplikasi teknologi fisioterapi dan efek fisiologis teknologi fisioterapi pada hemiparese dextra oleh karena stroke non haemorhagik
* Good Postur and Poor Postur
* Komunikasi Teraupetik Pada Usia Akhir
* Perkembangan Otak dan Susunan Saraf Pusat
* Konsep Penyebab Penyakit.
Proses Persepsi
Alport (dalam Mar’at, 1991) proses persepsi merupakan suatu proses kognitif yang dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, dan pengetahuan individu. Pengalaman dan proses belajar akan memberikan bentuk dan struktur bagi objek yang ditangkap panca indera, sedangkan pengetahuan dan cakrawala akan memberikan arti terhadap objek yang ditangkap individu, dan akhirnya komponen individu akan berperan dalam menentukan tersedianya jawaban yang berupa sikap dan tingkah laku individu terhadap objek yang ada.
Walgito (dalam Hamka, 2002) menyatakan bahwa terjadinya persepsi merupakan suatu yang terjadi dalam tahap-tahap berikut:
1.
Tahap pertama, merupakan
tahap yang dikenal dengan nama proses kealaman atau proses fisik, merupakan
proses ditangkapnya suatu stimulus oleh alat indera manusia.
2.
Tahap kedua, merupakan
tahap yang dikenal dengan proses fisiologis, merupakan proses diteruskannya
stimulus yang diterima oleh reseptor (alat indera) melalui saraf-saraf
sensoris.
3.
Tahap ketiga, merupakan
tahap yang dikenal dengan nama proses psikologik, merupakan proses timbulnya
kesadaran individu tentang stimulus yang diterima reseptor.
4.
Tahap ke empat, merupakan
hasil yang diperoleh dari proses persepsi yaitu berupa tanggapan dan perilaku.
Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dikemukakan, bahwa proses persepsi melalui tiga tahap, yaitu:
1.
Tahap penerimaan stimulus,
baik stimulus fisik maupun stimulus sosial melalui alat indera manusia, yang
dalam proses ini mencakup pula pengenalan dan pengumpulan informasi tentang
stimulus yang ada.
2.
Tahap pengolahan stimulus
sosial melalui proses seleksi serta pengorganisasian informasi.
3.
Tahap perubahan stimulus
yang diterima individu dalam menanggapi lingkungan melalui proses kognisi yang
dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, serta pengetahuan individu.
SIFAT-SIFAT PERSEPSI
1. Persepsi Bersifat Dugaan
Oleh karena data yang kita peroleh mengenai objek lewat penginderaan tidak pernah lengkap, persepsi merupakan loncatan langsung pada kesimpulan. Seperti proses seleksi, langkah ini dianggap perlu karena kita tidak mungkin memperoleh seperangkat rincian yang lengkap lewat kelima indera kita.
Proses persepsi yang bersifat dugaan itu memungkinkan kita menafsirkan suatu objek dengan makna yang lebih lengkap dari suatu sudut pandang manapun. Oleh karena informasi yang lengkap tidak pernah tersedia, dugaan diperlukan untuk membuat suatu kesimpulan berdasarkan informasi yang tidak lengkap lewat penginderaan itu. Kita harus mengisi ruang yang kosong untuk melengkapi gambaran itu dan menyediakan informasi yang hilang
.
Dengan demikian, persepsi juga adalah suatu proses mengorganisasikan informasi yang tersedia, menempatkan rincian yang kita ketahui dalam suatu skema organisasional tertentu yang memungkinkan kita memperolah suatu makna lebih umum.
Dengan demikian, persepsi juga adalah suatu proses mengorganisasikan informasi yang tersedia, menempatkan rincian yang kita ketahui dalam suatu skema organisasional tertentu yang memungkinkan kita memperolah suatu makna lebih umum.
2. Persepsi Bersifat Evaluatif
Persepsi adalah suatu proses kognitif psikologis dalam diri kita yang mencerminkan sikap, kepercayaan, nilai, dan pengharapan yang kita gunakan untuk memaknai objek persepsi. Dengan demikian, persepsi bersifat pribadi dan subjektif. Menggunakan kata-kata Andrea L. Rich, “persepsi pada dasarnya memiliki keadaan fisik dan psikologis individu, alih-alih menunjukkan karakteristik dan kualitas mutlak objek yang dipersepsi”. Dengan ungkapan Carl Rogers, “individu bereaksi terhadap dunianya yang ia alami dan menafsirkannya dan dengan demikian dunia perseptual ini, bagi individu tersebut, adalah realitas”.
3. Persepsi Bersifat Konstektual
Suatu rangsangan dari luar harus diorganisasikan. Dari semua pengaruh yang ada dalam persepsi kita, konteks merupakan salah satu pengaruh yang paling kuat. Konteks yang melingkungi kita ketika kita melihat seseorang, suatu objek atau suatu kejadian sangat mempengaruhi struktur kognitif, pengharapan dan juga persepsi kita.
Dalam mengorganisasikan suatu objek, yakni meletakkannya dalam suatu konteks tertentu, kita menggunakan prinsip-prinsip berikut:
a. Prinsip pertama. Stuktur objek atau kejadian berdasarkan prinsip kemiripan atau kedekatan dan kelengkapannya
.
b. Prinsip kedua. Kita cenderung mempersepsi suatu rangsangan atau kejadian yang terdiri dari objek dan latar belakangnya
b. Prinsip kedua. Kita cenderung mempersepsi suatu rangsangan atau kejadian yang terdiri dari objek dan latar belakangnya
Menurut Newcomb (dalam Arindita, 2003), ada beberapa sifat yang
menyertai proses persepsi, yaitu:
1.
Konstansi (menetap): Dimana
individu mempersepsikan seseorang sebagai orang itu sendiri walaupun perilaku
yang ditampilkan berbeda-beda.
2.
Selektif: persepsi
dipengaruhi oleh keadaan psikologis si perseptor. Dalam arti bahwa banyaknya
informasi dalam waktu yang bersamaan dan keterbatasan kemampuan perseptor dalam
mengelola dan menyerap informasi tersebut, sehingga hanya informasi tertentu
saja yang diterima dan diserap.
Proses organisasi yang selektif: beberapa kumpulan informasi
yang sama dapat disusun ke dalam pola-pola menurut cara yang berbeda-beda.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Persepsi
Thoha (1993) berpendapat bahwa persepsi pada umumnya terjadi karena dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari dlam diri individu, misalnya sikap, kebiasaan, dan kemauan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar individu yang meliputi stimulus itu sendiri, baik sosial maupun fisik.
Dijelaskan oleh Robbins (2003) bahwa meskipun individu-individu memandang pada satu benda yang sama, mereka dapat mempersepsikannya berbeda-beda. Ada sejumlah faktor yang bekerja untuk membentuk dan terkadang memutar-balikkan persepsi. Faktor-faktor ini dari :
1) Pelaku persepsi (perceiver).
2) Objek atau yang dipersepsikan.
3) Konteks dari situasi dimana persepsi itu dilakukan.
Berbeda dengan persepsi terhadap benda mati seperti meja, mesin atau gedung, persepsi terhadap individu adalah kesimpulan yang berdasarkan tindakan orang tersebut. Objek yang tidak hidup dikenai hukum-hukum alam tetapi tidak mempunyai keyakinan, motif atau maksud seperti yang ada pada manusia. Akibatnya individu akan berusaha mengembangkan penjelasan-penjelasan mengapa berperilaku dengan cara-cara tertentu. Oleh karena itu, persepsi dan penilaian individu terhadap seseorang akan cukup banyak dipengaruhi oleh pengandaian-pengadaian yang diambil mengenai keadaan internal orang itu (Robbins, 2003).
Gilmer (dalam Hapsari, 2004) menyatakan bahwa persepsi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor belajar, motivasi, dan pemerhati perseptor atau pemersepsi ketika proses persepsi terjadi. Dan karena ada beberapa faktor yang bersifat yang bersifat subyektif yang mempengaruhi, maka kesan yang diperoleh masing-masing individu akan berbeda satu sama lain.
Oskamp (dalam Hamka, 2002) membagi empat karakteristik penting dari faktor-faktor pribadi dan sosial yang terdapat dalam persepsi, yaitu:
a. Faktor-faktor ciri dari objek stimulus.
b. Faktor-faktor pribadi seperti intelegensi, minat.
c. Faktor-faktor pengaruh kelompok.
d. Faktor-faktor
perbedaan latar belakang kultural.
Persepsi individu dipengaruhi oleh faktor fungsional dan struktural. Faktor fungsional ialah faktor-faktor yang bersifat personal. Misalnya kebutuhan individu, usia, pengalaman masa lalu, kepribadian,jenis kelamin, dan hal-hal lain yang bersifat subjektif. Faktor struktural adalah faktor di luar individu, misalnya lingkungan, budaya, dan norma sosial sangat berpengaruh terhadap seseorang dalam mempresepsikan sesuatu.
Dari uraian di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan, bahwa persepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan eksternal, yaitu faktor pemersepsi (perceiver), obyek yang dipersepsi dan konteks situasi persepsi dilakukan.
Aspek-aspek
Persepsi
Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut menurut Allport (dalam Mar'at, 1991) ada tiga yaitu:
1. Komponen kognitif
Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang obyek sikap tersebut.
2. Komponen Afektif
Afektif berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimilikinya.
3. Komponen Konatif
Yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan obyek sikapnya.
Baron dan Byrne, juga Myers (dalam Gerungan, 1996) menyatakan bahwa sikap itu mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap, yaitu:
1.
Komponen kognitif (komponen
perseptual), yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan,
keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi
terhadap objek sikap.
2.
Komponen afektif (komponen
emosional), yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak
senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan
rasa tidak senang merupakan hal yang negatif.
3.
Komponen konatif (komponen
perilaku, atau action component), yaitu komponen yang berhubungan dengan
kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan
intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau
berperilaku seseorang terhadap objek sikap.
Rokeach (Walgito, 2003) memberikan pengertian bahwa dalam persepsi terkandung komponen kognitif dan juga komponen konatif, yaitu sikap merupakan predisposing untuk merespons, untuk berperilaku. Ini berarti bahwa sikap berkaitan dengan perilaku, sikap merupakan predis posisi untuk berbuat atau berperilaku.
Dari batasan ini juga dapat dikemukakan bahwa persepsi mengandung komponen kognitif, komponen afektif, dan juga komponen konatif, yaitu merupakan kesediaan untuk bertindak atau berperilaku. Sikap seseorang pada suatu obyek sikap merupakan manifestasi dari kontelasi ketiga komponen tersebut yang saling berinteraksi untuk memahami, merasakan dan berperilaku terhadap obyek sikap. Ketiga komponen itu saling berinterelasi dan konsisten satu dengan lainnya. Jadi, terdapat pengorganisasian secara internal diantara ketiga komponen tersebut
Psikologi Persepsi
Dalam psikologi, persepsi visual adalah kemampuan manusia untuk menginterpretasikan informasi yang ditangkap oleh mata. Hasil dari persepsi ini disebut sebagai penglihatan (eyesight, sight atau vision). Unsur-unsur ragam psikologi dalam penglihatan secara umum terangkum dalam sistem visual (visual system). Sistem visual pada manusia memungkinkan untuk beradaptasi dengan informasi dari lingkungannya.
Masalah utama dari persepsi visual ini tidak semata-mata apa yang dilihat manusia melalui retina matanya. Namun lebih daripada itu adalah bagaimana menjelaskan persepsi dari apa yang benar-benar manusia lihat.
Bahwa ada faktor untuk harus menyampaikan suatu pesan yang sifatnya persuasif, maka peranan psikologi persepsi sangat dibutuhkan di sini. Sebagai penyampai pesan kita harus memahami keadaan dan sifat-sifat dari sasaran kita (target audience). Dengan kita memahami apa, siapa dan bagaimana dari sasaran kita. Sehingga semua apa yang kita sampaikan akan mengena dan efisien. Sebuah pesan akan percuma jika tidak dipahami oleh penerimanya. Bila kita bicara dengan perbandingan biaya yang kita keluarkan, maka hal tersebut sama saja dengan pemborosan. Dengan demikian sebelum kita melakukan penyampaian pesan, kita harus pahami dulu sasaran kita. Setelah itu baru menentukan bagaimana pesan tersebut disampaikan.
Di samping faktor-faktor teknis seperti kejelasan stimulus [mis. suara
yang jernih, gambar yang jelas], kekayaan sumber stimulus [mis. media
multi-channel seperti audio-visual], persepsi juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor psikologis. Faktor psikologis ini bahkan terkadang lebih
menentukan bagaimana informasi / pesan / stimulus dipersepsikan.
Faktor yang sangat dominan adalah faktor ekspektansi dari si penerima informasi sendiri. Ekspektansi ini memberikan kerangka berpikir atau perceptual set atau mental set tertentu yang menyiapkan seseorang untuk mempersepsi dengan cara tertentu. Mental set ini dipengaruhi oleh beberapa hal.
Faktor yang sangat dominan adalah faktor ekspektansi dari si penerima informasi sendiri. Ekspektansi ini memberikan kerangka berpikir atau perceptual set atau mental set tertentu yang menyiapkan seseorang untuk mempersepsi dengan cara tertentu. Mental set ini dipengaruhi oleh beberapa hal.
a.Ketersediaan informasi sebelumnya; ketiadaan informasi ketika seseorang menerima stimulus yang baru bagi dirinya akan menyebabkan kekacauan dalam mempersepsi. Oleh karena itu, dalam bidang pendidikan misalnya, ada materi pelajaran yang harus terlebih dahulu disampaikan sebelum materi tertentu. Seseorang yang datang di tengah-tengah diskusi, mungkin akan menangkap hal yang tidak tepat, lebih karena ia tidak memiliki informasi yang sama dengan peserta diskusi lainnya. Informasi juga dapat menjadi cues untuk mempersepsikan sesuatu.
b.Kebutuhan; seseorang akan cenderung mempersepsikan sesuatu berdasarkan kebutuhannya saat itu. Contoh sederhana, seseorang akan lebih peka mencium bau masakan ketika lapar daripada orang lain yang baru saja makan.
c.Pengalaman masa lalu; sebagai hasil dari proses belajar, pengalaman akan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsikan sesuatu. Pengalaman yang menyakitkan ditipu oleh mantan pacar, akan mengarahkan seseorang untuk mempersepsikan orang lain yang mendekatinya dengan kecurigaan tertentu. Contoh lain yang lebih ekstrim, ada orang yang tidak bisa melihat warna merah [dia melihatnya sebagai warna gelap, entah hitam atau abu-abu tua] karena pernah menyaksikan pembunuhan. Di sisi lain, ketika seseorang memiliki pengalaman yang baik dengan bos, dia akan cenderung mempersepsikan bosnya itu sebagai orang baik, walaupun semua anak buahnya yang lain tidak senang dengan si bos.
Faktor psikologis lain yang juga penting dalam persepsi adalah berturut-turut: emosi, impresi dan konteks.
a.Emosi; akan mempengaruhi seseorang dalam menerima dan mengolah informasi pada suatu saat, karena sebagian energi dan perhatiannya [menjadi figure] adalah emosinya tersebut. Seseorang yang sedang tertekan karena baru bertengkar dengan pacar dan mengalami kemacetan, mungkin akan mempersepsikan lelucon temannya sebagai penghinaan.
b.Impresi; stimulus yang salient / menonjol, akan lebih dahulu mempengaruhi persepsi seseorang. Gambar yang besar, warna kontras, atau suara yang kuat dengan pitch tertentu, akan lebih menarik seseorang untuk memperhatikan dan menjadi fokus dari persepsinya. Seseorang yang memperkenalkan diri dengan sopan dan berpenampilan menarik, akan lebih mudah dipersepsikan secara positif, dan persepsi ini akan mempengaruhi bagaimana ia dipandang selanjutnya.
c.Konteks;
walaupun faktor ini disebutkan terakhir, tapi tidak berarti kurang penting,
malah mungkin yang paling penting. Konteks bisa secara sosial, budaya atau
lingkungan fisik. Konteks memberikan ground yang sangat menentukan bagaimana
figure dipandang. Fokus pada figure yang sama, tetapi dalam ground yang
berbeda, mungkin akan memberikan makna yang berbeda.
Prinsip pengorganisasian Visual
Untuk mempersepsi stimulus mana menjadi figure dan mana yang ditinggalkan sebagai ground, ada beberapa prinsip pengorganisasian.
A. Prinsip proximity (kedekatan); seseorang cenderung mempersepsi stimulus-stimulus yang berdekatan sebagai satu kelompok.
Contoh
visual

Pada contoh ini, seseorang akan cenderung melihat ada dua kelompok gambar titik hitam dibandingkan dengan ada 4 lajur titik.
Sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari, kebanyakan orang akan mempersepsikan beberapa orang yang sering terlihat bersama-sama sebagai sebuah kelompok / peer group. Untuk orang yang tidak mengenal dekat anggota “kelompok” itu, bahkan akan tertukar identitas satu dengan yang lainnya, karena masing-masing orang [sebenarnya ada 4 lajur titik] terlabur identitasnya dengan keberadaan orang lain [dipersepsi sebagai 2 kelompok titik].
B. Prinsip similarity (kesamaan); seseorang akan cenderung mempersepsikan stimulus yang sama sebagai satu kesatuan.
Contoh visual

Pada gambar ini, walaupun jarak antar titik sama, tetapi orang cenderung mempersepsi bahwa terdapat dua kelompok / lajur titik empat lajur titik.
C. Prinsip continuity; prinsip ini menunjukkan bahwa kerja otak manusia secara alamiah melakukan proses melengkapi informasi yang diterimanya walaupun sebenarnya stimulus tidak lengkap.
seseorang cenderung untuk
mempersepsikan bahwa ada dua garis yang bersilang membentuk huruf “X”,
alih-alih melihatnya sebagai kumpulan titik-titik.
Dalam kehidupan sehari-hari, contohnya adalah fenomena tentang bagaimana gosip bisa begitu berbeda dari fakta yang ada. Fakta yang diterima sebagai informasi oleh seseorang, kemudian diteruskan ke orang lain setelah “dilengkapi” dengan informasi lain yang dianggap relevan walaupun belum menjadi fakta atau tidak diketahui faktanya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pada dasarnya dalam
kehidupannya, manusia tidak lepas dari kegiatan komunikasi. Komunikasi
digunakan untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan dan manusia lainnya. Dalam
berkomunikasi, manusia menerima stimulus dari yang lain, sehingga ia dapat
memberikan respon dari stimulus tersebut melalui panca indera yang dimilikinya.
Namun dari stimulus-stimulus yang sama mungkin akan ditafsirkan secara berbeda
oleh orang yang berbeda. Alat-alat indera yang dimiliki manusia menyebabkan
manusia mampu berpikir, merasakan, dan memiliki persepsi tertentu mengenai
dirinya dan dunia sekitarnya. Prasyarat terjadinya persepsi adalah penangkapan
stimulus oleh alat-alat indera, sehingga peranan alat-alat indera sangat
penting.
8 komentar:
daftar pustaka tolong dicantumkan, minta tolong dikirimkan ke email hendro.trieddiantoro@yahoo.co.id terimakasih
minta daftar pstakanya ya,..
daftar pustakanya nya mana nih neng ?
daftar pustakanya nya mana nih neng ?
Boleh minta daftar pustaka nya dong kirim ke email saya boleh ya anaana4529@gmail.com
bisa minta daftar pustakanya, email saya : li.mattoanging@gmail.com
Terima kasih
Boleh minta daftar pustakanya sangat dibutuhkan, atau di cantumkan
Boleh minta daftar pustakanya?
Posting Komentar